Merai kepulangan mungkin?
Ya,rindu itu ada tapi kesibukan dan keperluan lain benar-benar curi perhatian.
Ahh hari ini aku tebus! Esok cuti.
Tadi saat menyenduk nasi kuning ke bekas polisterin putih, Aku jadi ingat.
Hampir semua isi hidup ini tumpah pada nasi kuning dan pasar malam itu.
Berkitar dan bersandaran.
Dari mengeja-membaca kini aku hampir berkerja.
Pada nasi kuning itu lah kudrat ayah bonda dan kami adik-beradik basah.
Tak lupa debu-debu pasir pasar malam,
Rupanya aku telah dewasa bersama kamu.
Terima kasih jadi teman yang baik buat aku,
Juga tulang belakang buat bapak.
Haruslah diketahui,
Hatiku punya tempat istimewa buat kamu.
Jadi puisi ini buat si Nasi Kuning dan sang Pasar Malam.
Pada satu hari yang panjang,
Hadirlah ingatan pada teman sepermainan,
Ditiup angin entah dari mana,
Masuk bersahaja bawa seberkas,
Momen-momen besar bersama.
Aku takkan lupa,
Panas api semangat ketika hujan menguyur,
Juga titis dingin peluh biasan mentari,
Dan anehnya kita masih enak,
Tenggelam pada ketawa yang mahal,
Berpegangan tangan,
Tanpa putus usaha dan asa.
Kini telah lewat banyak,
Hari-hari tanpa kita bersama,
Setia kamu masih utuh,
Tak lupa memberi sepotong senyum,
Agar lepas gusar pada aku temanmu,
Juga buat hati bapak dan ibuk,
Usah kamu rawan,
Akan aku ingat selalu.
p/s:
Si kuning,
Akan tiba waktu,
Aku dan kamu langkah maju,
Jadi tunggu!
Sang malam,
Walau kamu kasar dan kotor,
Aku tetap selalu mahu dan rindu.
jasa ayahbonda pasti dibalas dengan menghargai mereka selagi ada.. nice!!
BalasPadamTerima kasih blues! moga aku dan kamu punya kesempatan untuk menghargainya selagi mampu :)
BalasPadam